(Gambar : Aksi persatuan Aliansi BEM FISIP se-Sumatera di Palembang-UNSRI)
“Sudah lah nak ngapo nian sih kau demo terus?”
“Saya aksi, bukan demo. Beda itu..”
“Dem lah samo
bae.
***
Mendengar kata aksi dan demonstrasi, apa yang ada di benak kawan-kawan ? Rusuh? Macet? Tonjok-tonjokan? Bakar-bakaran? Atau heroisme perjuangan? Bisa jadi salah satu hal dari yang saya sebutkan di atas ada di benak kawan-kawan saat kita mulai berbicara tentang aksi dan demonstrasi.
Sebagian kalangan mahasiswa menganggap dua kata ini (Aksi dan demonstrasi) memiliki pengertian yang sama. Namun sebagian lainnya menolak pendapat ini. Bagi mereka antara aksi dan demonstrasi tak bisa di samakan, meskipun keduanya memiliki korelasi. Anda setuju dengan yang mana? (: Aksi dalam bahasa Inggris: Action merujuk kepada suatu kata kerja: tindakan/ melakukan tindakan. Ketika kita melakukan suatu tindakan berarti kita sedang melakukan ‘aksi’. Kita berdiri, berjalan, belajar, membaca, menulis, atau bahkan sedang ber chit-chat ria di media sosial bisa di katakan bahwa kita sedang melakukan aksi. Dari pengertian sederhana ini, dapat kita pahami bahwa ‘aksi’ memiliki makna yang sangat luas, tak hanya sekedar demonstrasi atau demo. Unjuk rasa atau demonstrasi atau yang biasa kita singkat dengan istilah demo, menurut UU no. 9 tahun 1998 adalah: “ kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum”. Demonstrasi ini karena berupa tindakan maka dapat di golongkan juga sebagai suatu bentuk aksi.Lantas apa hubungan dua kata ini dengan pergerakan mahasiswa? Mengapa dua kata ini selalu dikaitkan dengan pergerakan mahasiswa?Secara historis, menurut hemat saya yang menjadi titik temu perkenalan mahasiswa baru dengan pergerakan mahasiswa adalah ketika masa orientasi kampus. Di sebagian besar kampus di Indonesia, termasuk kampus tempat saya belajar, pergerakan mahasiswa menjadi salah satu topik materi yang di berikan kepada kami, kemudian materi ini di lanjutkan dengan simulasi aksi. Entah bagaimana, dari titik temu inilah sebagian besar kami (maba) salah mengartikan pergerakan mahasiswa sebagai aksi. Dan kita pun tentu maklum dengan penggambaran aksi mahasiswa di media massa. Aksi yang d tonjolkan di liput adalah aksi yang rusuh dan senantiasa anarkis. Padahal kenyataan di lapangan tak seluruhnya seperti itu. Penggambaran media massa yang seperti itu, menjadi salah satu faktor misinterpretasi dan mispersepsi mahasiswa mengenai pergerakan mahasiswa, aksi dan demonstrasi. Berbicara mengenai pergerakan mahasiswa, ada tiga macam pergerakan mahasiswa. Pertama adalah pergerakan horizontal, pergerakan ini lebih ke bentuk pengabdian masyarakat. Pegerakan horizintal ini memiliki fokus yang berkenaan dengan pengembangan masyarakat (community development) dan secara aktif berhubungan dengan masyarakat sasaran program mereka. Hasil ataupun output dari pergerakan horizontal ini lebih mampu di rasakan masyarakat secara lansung. Ke dua ada pergerakan vertikal. Pergerakan vertikal ini biasanya menjadikan pemerintah sebagai sasaran mereka. Bentuk pergerakan vertikal ini biasanya adalah audiensi dan aksi turun ke jalan(demonstrasi). Ke tiga, pergerakan vertikal dan horizontal. Menurut pendapat saya, saat ini tipe pergerakan mahasiswa di seluruh kampus yang ada di Indonesia masuk ke tipe ke tiga ini. Tak ada kampus yang pergerakannya hanya horizontal atau vertikal saja. Kembali lagi soal pergerakan mahasiswa, aksi dan demonstrasi. Terakhir dalam tulisan ini, saya ingin menekankan kembali soal pengertian aksi, demonstrasi dan juga pergerakan mahasiswa. Pergerakan mahasiswa baik yang horizontal, vertikal dapat kita kategorikan sebagai aksi. Aksi adalah tindakan. Jadi, seluruh tindakan yang di lakukan mahasiswa bisa kita sebut sebagai aksi. Entah itu adalah aksi menulis yang di lakukan oleh perkumpulan jurnalistik mahasiswa, atau teater, musikalisasi, drama yang di lakukan oleh komunitas seni, ataupun aksi turun ke jalan dan audiensi yang di lakukan oleh perkumpulan mahasiswa bidang sosial politik. Pergerakan mahasiswa adalah ‘AKSI’. Lantas, demonstrasi? Demonstrasi/unjuk rasa/ aksi turun ke jalan hanyalah cabang dari pergerakan mahasiswa. Berbicara tentang pergerakan mahasiswa tak hanya melulu demonstrasi atau unjuk rasa. Karena sejatinya, pergerakan mahasiswa itu sangat luas pengertian nya. Saya mahasiswa. Saya memilih untuk ikut ‘AKSI’. Aksi dalam hal ini adalah melakukan sesuatu. Entah bidang apa pun itu, saya memilih untuk bergerak dan ber’AKSI’. Mengapa? Sederhana saja. Saya mahasiswa. Saya manusia. Sudah fitrah saya untuk senantiasa bergerak (ber-AKSI), karena bagi saya Bergerak atau Mati!! Saya memilih AKSI, kamu?
Mendengar kata aksi dan demonstrasi, apa yang ada di benak kawan-kawan ? Rusuh? Macet? Tonjok-tonjokan? Bakar-bakaran? Atau heroisme perjuangan? Bisa jadi salah satu hal dari yang saya sebutkan di atas ada di benak kawan-kawan saat kita mulai berbicara tentang aksi dan demonstrasi.
Sebagian kalangan mahasiswa menganggap dua kata ini (Aksi dan demonstrasi) memiliki pengertian yang sama. Namun sebagian lainnya menolak pendapat ini. Bagi mereka antara aksi dan demonstrasi tak bisa di samakan, meskipun keduanya memiliki korelasi. Anda setuju dengan yang mana? (: Aksi dalam bahasa Inggris: Action merujuk kepada suatu kata kerja: tindakan/ melakukan tindakan. Ketika kita melakukan suatu tindakan berarti kita sedang melakukan ‘aksi’. Kita berdiri, berjalan, belajar, membaca, menulis, atau bahkan sedang ber chit-chat ria di media sosial bisa di katakan bahwa kita sedang melakukan aksi. Dari pengertian sederhana ini, dapat kita pahami bahwa ‘aksi’ memiliki makna yang sangat luas, tak hanya sekedar demonstrasi atau demo. Unjuk rasa atau demonstrasi atau yang biasa kita singkat dengan istilah demo, menurut UU no. 9 tahun 1998 adalah: “ kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum”. Demonstrasi ini karena berupa tindakan maka dapat di golongkan juga sebagai suatu bentuk aksi.Lantas apa hubungan dua kata ini dengan pergerakan mahasiswa? Mengapa dua kata ini selalu dikaitkan dengan pergerakan mahasiswa?Secara historis, menurut hemat saya yang menjadi titik temu perkenalan mahasiswa baru dengan pergerakan mahasiswa adalah ketika masa orientasi kampus. Di sebagian besar kampus di Indonesia, termasuk kampus tempat saya belajar, pergerakan mahasiswa menjadi salah satu topik materi yang di berikan kepada kami, kemudian materi ini di lanjutkan dengan simulasi aksi. Entah bagaimana, dari titik temu inilah sebagian besar kami (maba) salah mengartikan pergerakan mahasiswa sebagai aksi. Dan kita pun tentu maklum dengan penggambaran aksi mahasiswa di media massa. Aksi yang d tonjolkan di liput adalah aksi yang rusuh dan senantiasa anarkis. Padahal kenyataan di lapangan tak seluruhnya seperti itu. Penggambaran media massa yang seperti itu, menjadi salah satu faktor misinterpretasi dan mispersepsi mahasiswa mengenai pergerakan mahasiswa, aksi dan demonstrasi. Berbicara mengenai pergerakan mahasiswa, ada tiga macam pergerakan mahasiswa. Pertama adalah pergerakan horizontal, pergerakan ini lebih ke bentuk pengabdian masyarakat. Pegerakan horizintal ini memiliki fokus yang berkenaan dengan pengembangan masyarakat (community development) dan secara aktif berhubungan dengan masyarakat sasaran program mereka. Hasil ataupun output dari pergerakan horizontal ini lebih mampu di rasakan masyarakat secara lansung. Ke dua ada pergerakan vertikal. Pergerakan vertikal ini biasanya menjadikan pemerintah sebagai sasaran mereka. Bentuk pergerakan vertikal ini biasanya adalah audiensi dan aksi turun ke jalan(demonstrasi). Ke tiga, pergerakan vertikal dan horizontal. Menurut pendapat saya, saat ini tipe pergerakan mahasiswa di seluruh kampus yang ada di Indonesia masuk ke tipe ke tiga ini. Tak ada kampus yang pergerakannya hanya horizontal atau vertikal saja. Kembali lagi soal pergerakan mahasiswa, aksi dan demonstrasi. Terakhir dalam tulisan ini, saya ingin menekankan kembali soal pengertian aksi, demonstrasi dan juga pergerakan mahasiswa. Pergerakan mahasiswa baik yang horizontal, vertikal dapat kita kategorikan sebagai aksi. Aksi adalah tindakan. Jadi, seluruh tindakan yang di lakukan mahasiswa bisa kita sebut sebagai aksi. Entah itu adalah aksi menulis yang di lakukan oleh perkumpulan jurnalistik mahasiswa, atau teater, musikalisasi, drama yang di lakukan oleh komunitas seni, ataupun aksi turun ke jalan dan audiensi yang di lakukan oleh perkumpulan mahasiswa bidang sosial politik. Pergerakan mahasiswa adalah ‘AKSI’. Lantas, demonstrasi? Demonstrasi/unjuk rasa/ aksi turun ke jalan hanyalah cabang dari pergerakan mahasiswa. Berbicara tentang pergerakan mahasiswa tak hanya melulu demonstrasi atau unjuk rasa. Karena sejatinya, pergerakan mahasiswa itu sangat luas pengertian nya. Saya mahasiswa. Saya memilih untuk ikut ‘AKSI’. Aksi dalam hal ini adalah melakukan sesuatu. Entah bidang apa pun itu, saya memilih untuk bergerak dan ber’AKSI’. Mengapa? Sederhana saja. Saya mahasiswa. Saya manusia. Sudah fitrah saya untuk senantiasa bergerak (ber-AKSI), karena bagi saya Bergerak atau Mati!! Saya memilih AKSI, kamu?
Ingat lah kawan gerakan berpolitik mahasiswa saat ini kerap ditunjukkan dengan gerakan suatu aksi dengan turun ke jalan. Dalam melakukan gerakan tersebut, kepedulian mahasiswa akan masalah dan situasi politik harus bertumpu pada idealisme kerakyatan, yaitu mengkritisi peran atau kebijakan penguasa yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat dengan memberikan solusinya. Maka dari itu, pengabdian tidak harus menunggu selesainya kuliah. Memperjuangkan kepentingan rakyat dan negara ketika masih kuliah, merupakan bagian dari pengabdian sebagai tindakan kepedulian mahasiswa akan berbagai masalah bangsa dan polemik politik. Jadi pengabdian bukan hanya mengajar seperti guru atau semacamnya. Melainkan terlibat dalam kegiatan yang bermanfaat bagi kepentingan rakyat jelas bagian dari suatu pengabdian.
Ferry Sandria
1 komentar:
komentar(y)
ReplyEmoticonEmoticon